Selasa, 08 Juni 2010

“BARRY, SI KERITING DARI MENTENG DALAM”

Anak-anak berseragam putih merah berhamburan keluar sekolah siang itu. Seorang wanita berkacamata berjalan menuju gerbang. Dengan mengapit sebuah buku ia berbincang sejenak dengan satpam sekolah dan menunjuk ke arah jalan raya, ternyata ia menyuruh satpam membantu salah satu anak didiknya untuk menyeberang jalan yang cukup ramai siang itu. Tak seorang pun menyangka kalau salah satu alumni dari sekolah ini sekarang telah menjadi calon presiden Amerika Serikat.

Barry, panggilan masa kecil Obama merupakan bocah keturunan afrika amerika. Ia dilahirkan di Honolulu, Hawaii pada tnggal 4 Agustus 1961 dari pasangan Barrack Obama, Sr. seorang pria keturunan Kenya, dan Ann Dunham seorang wanita keturunan Amerika. Saat berusia 2 tahun orang tua Barry bercerai. Ia pun ikut dengan ibunya yang kemudian menikah lagi dengan pria Indonesia bernama Lolo Soetoro. Ayah tiri barry itu kemudian membawa keluarganya pindah ke Jakarta. Selama lima tahun Barry tinggal di daerah Menteng Dalam Jakarta. Lolo adalah Tentara berpangkat letnan yang bertugas di Direktorat Jenderal Topografi TNI AD.

Dalam buku biografinya The Audatcity of Hope, Barry sedikit bercerita tentang masa kecilnya, “keluarga kami tidak berkecukupan pada tahun-tahun awal itu, karena angkata bersenjata Indonesia tidak membayar para letnannya dengan gaji besar. Kami tinggal di sebuah rumah sederhana, di pinggiran kota, tanpa pendingin udara, kulkas atau toilet siram. Kami tidak punya mobil. Ayah tiri saya mengendarai sepeda motor, sementara ibu saya naik bus umum setiap pagi ke kedutaan AS, tempatnya bekerja sebagai guru bahasa Inggris.”

Selama di Jakarta barry bersekolah di SDK Fransiscus Asisia selama 3 tahun dan kemudian pindah ke SD Negeri Menteng 01 Besuki. Pada masa awal sekolahnya di Jakarta, ia sedikit mengalami kesulitan karena sulit untuk berbahasa Indonesia,”nilai bahasa Indonesianya 5. Setelah 4 ampai 5 bulan, Barry baru bisa bisa mengikuti pelajaran itu.” Ucap Isaella Darmawan, guru kelas 1 Barry di SDK Fransiskus Asisia. Sewaktu kecil Barry sering di ledek oleh teman-temannya karena badannya yang tinggi besar dan berambut keriting. Namun, bakat kepemimpinannya memang sudah terlihat sejak kecil. Teman-temannya sering mengikutinya untuk diajak bermain. Permainan yang sering dimainkannya pada waktu kecil adalah petak umpet. Ia melakukannya saat jam istirahat sekolah bersama dengan teman satu kelasnya.

Di lingkungan sekolahnya ia termasuk anak yang rajin dan pandai matematika. Teman-teman sekolahnya sering bercerita bahwa ketika di kelas Barry sering maju secara sukarela untuk menghapus papan tulis. Barry merupakan anak yang supel. Ia bermain dengan siapa pun dan tidak memandang strata ekonomi. “Saya bersekolah di sekolah-sekolah Indonesia dan bergaul dengan anak-anak petani, pelayan, penjahit, dan juru tulis.” Ujar Obama di salah satu bukunya.

Ketika pulang sekolah, Barry sering main ke rumah temannya. Salah satunya adalah Yunaldi Askiar. Rumah yunaldi berada di RT 10 RW 15 daerah Menteng dalam, hanya berbeda satu RT dengan Barry yang tinggal di RT 11. Mereka pertama kali berkenalan saat Johny bersiap untuk berangkat shalat jumat tertawa melihat Barry yang tampak lucu saat memakai sarung. Barry sering memiliki banyak koleksi pistol mainan. Ia sering membawanya untuk bermain. Bahkan Johny pernah di beri satu buah koleksinya tersebut.

Rumah Barry berbentuk arsitektur Belanda dengan halaman yang cukup luas. Di dalam rumahnya banyak terdapat hiasan-hiasan khas dari suku pedalaman, mungkin barang-barang tersebut merupakan koleksi ibunya yangmerupakan seorang antropolog. Ayah Tiri Barry, Lolo Soetoro juga memiliki beberapa hewan peliharaan seperti Monyet, Ular, Biawak. Barry sendiri lebih menyukai untuk memelihara seekor kura-kura yang ia taruh di kolam rumahnya.

Lolo Soetoro dan Ann Dunham cukup disiplin dalam membentuk Barry. Namun mereka tidak pernah melarang Barry bergaul dengan siapa saja. Itu terlihat karena sosok Barry cukup dikenal oleh semua warga kampong di sekitar rumahnya. Bahkan Barry pun sering bermain ke tempat tempat tetangganya dan makan di sana “Makanan favoritnya rendang”. Kata Yunaldi Askiar. Orangtua mereka tidak mengajarkan sesuatu yang ekstrim terhadap Barry, bahkan cenderung moderat. Oleh karena itu, banyak teman-teman Barry masa kecil yang berpendapat bahwa kepribadian Barry yang rendah hati dan supel tersebut banyak terbentuk ketika ia tinggal di Jakarta dengan kondisi masyarakat yang heterogen.

Harapan orang-orang terdekatnya kelak bila Barrack Husein Obama terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat Ke-44 agar tidak melupakan kenangan masa kecilnya di Indonesia dan dapat berkunjung membangun kembali sekolahnya di SDK Fransiscus Asisia maupun SD Negeri Menteng 01 Besuki.

Tidak ada komentar: