Minggu, 14 Februari 2010

OLEH - OLEH DARI VIANTIANE

Langit mendung mengitari bandara Changi Singapura, membuat Pesawat Garuda Indonesia tujuan Bali mengalami penundaan yang cukup lama. Menara pengatur penerbangan bandara memberi sinyal bahwa kondisi udara sangat buruk sehingga memutuskan untuk menunda semua penerbangan yang menuju dan akan berangkat dari bandara Changi Singapura.

Aku dan seorang teman berkebangsaan Jerman bernama kohler tergeletak di lantai bandara. Rute penerbangan mengharuskan kami untuk transit di Singapura, sebelum terbang menuju Bali.

“sudah dua jam kita tergeletak disini, dan belum ada tanda-tanda pesawat kita akan berangkat, apakah kondisi udara begitu buruk?”, tanya kohler sembari memainkan handphone di tangan kanannya.

“saya juga kurang tahu, tapi bukankah lebih baik kita menunggu lama disini daripada berada di dalam pesawat yang terombang-ambing di udara karena awan hitam yang sangat pekat?”, jawab ku sambil terus membolak-balik halaman buku yang dari kemarin belum selesai di baca.
Kohler tertawa, “okelah kalau begitu, dit.”

Aku dan Kohler berkenalan saat sama-sama meliput kegiatan Sea Games XXV di Vientiane, Laos. Kohler adalah seorang wartawan foto sebuah surat kabar lokal di Jerman. Ketika bertemu dan aku memberitahukan berasal dari Indonesia, ia langsung tersenyum dan mengajakku berbicara banyak tentang Indonesia. Ternyata Kohler pernah ke Indonesia saat meliput tentang aksi unjuk rasa mahasiswa pada tahun 1998, bahkan ia tinggal selama 8 bulan di Jakarta. Ia bercerita alangkah sangat terkejutnya saat melihat banyak orang Indonesia pada tahun 1998 itu menjadi sangat beringas, emosional dan anarkis. Karena sebelum ke Indonesia, ia mendengar banyak cerita dari teman-temannya bagaimana ramahnya penduduk di negara kalian.

Setelah pergelaran SEA GAMES XXV berakhir, Kohler menghubungi ponselku dan mengutarakan niatnya untuk ikut pulang denganku ke Indonesia. Ia sangat ingin berkunjung ke Bali dan mengajakku untuk ikut menamaninya, aku pun langsung berkata “iya” menjawab ajakannya tersebut.

Pada jam delapan malam waktu setempat pesawat kami akhirnya berangkat menuju Bali. Bebepa jam kemudian kami sudah tiba di Bandara Ngurah Rai Bali dan disambut dengan tarian kecak yang merupakan tarian penyambutan kepada turis yang singgah di bandara ini.

Kami pun langsung mencari hotel di daerah Kuta dan memutuskan untuk langsung tidur agar pada esok hari dapat kembali bugar dan aku dapat mengantarkan teman baruku ini menikmati keindahan alam negaraku. Sebelum tidur berpikir sejenak tentang keberhasilanku kali ini membawa seorang turis mancanegara berwisata ke Indonesia. Secara tak langsung berarti aku sudah ikut menyukseskan program Visit Indonesia Year, jayalah terus Indonesiaku!

Tidak ada komentar: