Kamis, 04 November 2010

YANG MUDA PUNYA BUDAYA


Dalam upaya menjaga kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, pemerintah harus lebih aktif lagi dalam mengembangkan dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia baik di dalam negeri maupun pada masyarakat internasional. Selain dilakukan oleh pemerintah, hendaknya masyarakat terutama kaum muda juga berperan secara aktif dalam menjaga kekayaan budaya bangsa.


Renaldi Lestianto, seorang mahasiswa jurusan etnomusikologi ISI Surakarta menilai, jika selama ini kaum muda masih kurang kesadarannya terhadap budaya milik bangsa Indonesia. sehingga kedepannya ia mengharapkan agar masyarakat khususnya kaum muda untuk mulai mencintai nilai-nilai lokal yang dimulai dari lingkungan keluarga. Namun ia juga menyadari bila hal tersebut tidak mudah untuk diwujudkan, karena negara kita adalah salah satu negara yang tidak melarang masuknya budaya asing. Bisa dilihat bagaimana budaya asing telah menguasai setiap sudut kehidupan masyarakat dan menyikirkan budaya-budaya lokal yang terdapat di masing-masing daerah Indonesia. 


Renaldi Lestianto dan Agus prasetyo merupakan salah satu kaum muda yang masih memiliki kepedulian terhadap kebudayaan Indonesia. Agus menyukai seni karawitan sejak dirinya masih berumur belasan tahun dan memutuskan untuk mendalami kesenian daerah ini dengan melanjutkan studinya di jurusan Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI Surakarta).
Menurut Agus, kesenian dan kebudayaan Indonesia sejatinya tidak kalah bagus dengan budaya dari bangsa lain, bahkan orang-orang dari negara lain banyak sekali yang mempelajari karena mereka sangat mengagumi akan begitu banyak dan beragamnya budaya bangsa Indonesia. Namun Agus juga mengakui bahwa masih sangat sedikit kaum muda Indonesia yang tertarik untuk mempelajari kebudayaan bangsanya sendiri. Ia secara aktif ikut serta dalam mengembangkan kebudayaan Indonesia khususnya dalam bidang karawitan sebagai komposer gamelan. Bahkan pada tahun ini, ia juga turut andil dalam misi kesenian dan kebudayaan Indonesia di Seoul Korea. Agus berharap dari kegiatan ini nantinya kebudayaan Indonesia dapat lebih di kenal oleh masyarakat internasional.


Karawitan merupakan seni suara yang dihasilkan baik dalam bentuk vokal maupun instrumen. Karawitan berkembang di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai bentuk penyajian. Dalam prakteknya, karawitan biasanya digunakan untuk mengiringi tarian maupun nyanyian daerah. Karawitan sendiri memiliki beberapa nilai moral dan estetika yang cukup mendalam sebagai salah satu kebudayaan Indonesia.
Renaldi Lestianto menerangkan bahwa dirinya tertarik untuk mempelajari kebudayaan Indonesia khususnya Etnomusikologi. Renaldi menjelaskan bahwa Etnomusikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang musik dalam konteks kebudayaan, musik sebagai salah satu simbol kebudayaan yang menggambarkan pola pikir dan perilaku masyarakat dalam perkembangan musik tradisional didaerahnya. Sejauh ini, Renaldi aktif dalam berbagai kegiatan dalam seminar-seminar maupun kegiatan dalam meningkatkan perkembangan budaya Indonesia. Ia juga terpilih sebagai wakil mahasiswa Etnomusikologi Indonesia dalam seminar internasional “seeking root of identity” di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada tahun 2009 lalu. Renaldi berharap agar anak muda Indonesia lebih turut aktif dalam mengembangkan seni kebudayaan bangsa, agar identitas negara kita dapat selalu terjaga dan bisa menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan bangsa yang berbudaya.


Marilah bersama-sama kita pelajari kesenian dan budaya bangsa, agar dapat dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat internasional. Janganlah kita tiba-tiba marah, berkoar-koar cinta akan budaya Indonesia ketika suatu hari budaya kita di klaim oleh bangsa lain. Bagaimana kita bisa melestarikan kesenian wayang, bila pada setiap pertunjukannya hanya ditonton oleh kaum tua berbekal tongkat di tangan kiri dan rokok tembakau lintingan sendiri di tangan kanan? Ironis ketika melihat banyak orang asing tersenyum puas ketika berhasil membuat motif batik pada sebuah kain, sedangkan kita sebagai rakyat Indonesia masih banyak yang tidak tahu apa gunanya ‘canting’.

Selasa, 02 November 2010

KITA BUTUH BUNG HATTA



Judul diatas saya ambil dari salah satu status facebook teman lama saya seorang fotografer di sebuah majalah. Bung hatta merupakan salah satu tokoh teladan bagi saya. Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya mencoba mendoktrin teman-teman semua yang membaca blog saya agar ikut untuk meneladani sosok beliau. Indonesia memiliki banyak sekali tokoh yang dapat dijadikan panutan, namun saya tetap kekeuh memilih Bung Hatta sebagai teladan karena dari banyak bacaan yang saya baca, beliau memenuhi imajinasi saya sebagai seorang tokoh heroik yang merelakan hidupnya untuk ikut merasakan kesulitan yang dirasakan oleh rakyatnya pada saat itu.

Dalam salah satu buku biografinya, ia terkenal sangat dekat dengan kedua sekretarisnya yakni Bung Hutabarat dan Bung Wongso. Putra Bung Hutabarat yang bernama Herry Pen bercerita bahwa ketika bung Hatta tidak lagi menjabat sebagai wakil presiden, beliau bersama-sama dengan ayahnya berbagi penghasilan untuk membuat buku, berjualan perangko dan sebagainya. Kesederhanaan beliau-lah yang membuat sosoknya pantas untuk dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia.

"Bung Hatta adalah seorang pejuang tulen yang sederhana, yang sampai akhir hayatnya tidak dapat membeli sepatu yang diidamkannya. Sebagai pensiunan wakil presiden Bung Hatta juga tak mampu membayar tagihan listrik rumahnya. Kalau sudah begini, rakyat mana yang tak akan menaruh hormat kepadanya?" ujar Rizal Ramli di sebuah acara Renungan Kemerdekaan.

Tak terhitung jasa-jasa bung Hatta bagi bangsa Indonesia, mulai dari memperkenalkan nama “Indonesia” untuk menyebut wilayah Hindia Belanda pada kongres Demokrasi Internasional Untuk Perdamaian di Bierville, Prancis, perjuangan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, hingga berhasil menghasilkan sebuah konsep ekonomi bernama “koperasi".


Berkali-kali ia dibuang ke tempat pengasingan, Namun bagi bung Hatta, Pengasingan dirinya ke Tanah Merah, Boven Digoel (Papua) merupakan pengasingan yang paling berat bagi dirinya. Pada saat itu, kepala pemerintahan disana yakni Kapten Van Langen menawarkan dua pilihan kepada Bung Hatta, yakni bekerja untuk pemerintahan kolonial belanda dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan seadanya, tanpa harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Bung Hatta dengan tegas menjawab “Bila aku berniat bekerja untuk pemerintah kolonial Belanda dulu waktu masih di Batavia, pasti aku telah menjadi orang besar dengan gaji yang jauh lebih besar pula. Maka tak perlulah aku ke Tanah merah untuk menjadi kuli kolonial dengan gaji 40 sen sehari.” Maka dikirimlah Bung Hatta ke tempat pengasingan di Boven Digoel Papua yang penuh dengan ketidakpastian, ketidaktahuan, dan kebosanan. 

Dalam buku biografinya Bung Hatta bercerita “Digul memang bukan Gulak (kepulauan tempat pengasingan di Rusia), tapi bukan kekejaman yang membunuhmu, melainkan kebosanan, kebosanan dan kebosanan…”

Sebuah cerita tentang kesederhanaan beliau yang selalu berbekas dalam benak pikiran saya adalah kisah tentang sepatu Bally yang tidak kesampaian dibeli olehnya hingga beliau meninggal dunia pada tanggal 14 Maret 1980. Berawal pada tahun 1950, ketika Bung Hatta berminat pada sebuah sepatu ber merk Bally. Sepatu tersebut merupakan sebuah sepatu berkualitas tinggi yang harganya sangat mahal saat itu. Saking kepinginnya Bung Hatta dengan sepatu bally tersebut, ia kemudian menggunting sebuah iklan sepatu Bally yang memuat alamat penjualnya lalu menyimpannya. Setelah itu Bung Hatta berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idamannya tersebut.

Namun, selama bertahun-tahun ia menabung, uangnya tak pernah mencukupi karena selalu habis untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau membantu kerabat dan rakyat yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally tersebut tidak pernah terbeli karena tabungan beliau tidak pernah mencukupi untuk memenuhi keinginannya. Bahkan guntingan iklan sepatu Bally tersebut masih tersimpan rapih dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang pahlawan proklamasi.

Padahal, jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memenuhi keinginannya memiliki sepatu Bally tersebut. Namun beliau lebih memilih cara menabung dengan hasil keringatnya sendiri daripada meminta sesuatu kepada orang lain dengan memanfaatkan kedudukannya saat itu untuk kepentingan dirinya sendiri. “Bung Hatta memilih jalan sukar yang sangat lama, yang akhirnya ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri", kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Hhmmm…andaikan saja beliau masih hidup, saya rela menabung untuk membelikan sepatu Bally itu sebagai hadiah ulang tahun untuk beliau.

Saya sangat yakin bahwa Bung Hatta adalah tipe pemimpin rakyat yang bersahaja, berdisiplin dengan tidak berhutang atau bergantung pada orang lain, dan tidak berdiri di atas kebanggaan sebagai seorang penguasa. Namun ia hadir di tengah rakyat, merasakan apa yang rakyat rasakan, menanggung derita sebagaimana yang rakyatnya derita. Satu kata terakhir yang ingin saya ucapkan untuk menutup tulisan ini. KITA BUTUH BUNG HATTA!!

Sumber :
Buku biografi Bung Hatta "Bung Hatta - Pribadinya Dalam Kenangan"
Untuk Banendra Eka Prasetyo, Terima kasih inspirasinya :D

Jumat, 29 Oktober 2010

HAJIMETE

Baru aja saya ngobrol dengan seorang teman sebangku pas waktu sekolah SMP(sekolah menengah pertama) dulu. Namanya Agus Budiawan Naroputra, dia anak UGM dan sekarang sedang melanjutkan kuliah S2 di Graduate School of Agriculture, Ehime University, Jepang. Di bawah ini adalah salah satu tulisan di blognya http://naroputra.wordpress.com/, yang bisa menginspirasi saya, dan mungkin buat teman-teman lain, yang kebetulan membaca blog saya.


Hajimete, bukan nama orang, kawan. Hajimete adalah salah satu kata dalam bahasa Jepang yang berarti pertama kali. Hajimete untuk bikin blog dan hajimete untuk bikin tulisan diblog ini. Yah, yang namanya pertama ya pasti sulit. kebanyakan bingungnya daripada tulisannya.

Gak ada suara jangkrik. apalagi suara anjing melolong. yang ada dan seringkali terdengar hanya suara “klik, klik, klik-klik”, dan “klik”. kalau bisa menjerit, mouse diruangan kami mungkin sudah menjerit. tapi hebat, berkali-kali dipencet dia masih hidup. berbeda dengan mouse BALB/c milik kami yang mati sekali klik saat kami ingin mengambil serum darah atau kelenjar limpanya.

Saat ini, diruang kami masih bertahan 5 orang. dua orang entah dimana, dan tiga orang sisanya bersama saya, ada didalam ruangan dimana meja kerja kami berada. Hampir jam 21 JST (Japan Standard Time) malam ini. wah, jam segitu dimusim gugur seperti ini, lumayan membuat rindu saya akan air panas Ciater meletup-letup, kawan. maklumlah, putra indonesia. Sekarang sih masih 18 C. Gak tau d nanti kalo agak larut malam. *berharap suhunya naik..

Kembali ke klik-klik tadi. kawan bisa bayangkan, minimal kami harus berada dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore dilaboratorium. um?? nah, itu dia yang menjadi culture shock bagi saya untuk pertama kali. h.a.j.i.m.e.t.e. ngapain? saya bingung. tapi pertanyaan tadi cuma saya simpan dalam hati aja. gak mungkinlah serta merta saya tanyaain ke dosen pembimbing saat dia selesai bilang “…sampai jam 5 sore”. bisa langsung ditolak jadi mahasiswanya, saya.

Pasti sudah penasaran ya, udah buru-buru pengen tahu ngapain aja sampe malem begini masih dilab? klo di indonesia, kita umumnya ngelab pas penelitian aja kan? klo disini, kita ngelab gak cuma untuk penelitian. dilab kita bersosialisasi. dilab kita konsultasi, dilab kita bikin laporan. dilab kita membaca. dilab kita mengetik. dilab kita presentasi perkembangan penelitian. dan dilab juga akhirnya saya bikin blog. hehe..

Wah, bener-bener berevolusi jadi manusia lab nih. Disini, mau gak mau harus belajar. ya.. setidaknya tampak seperti orang belajar. internet c ada. cepet bgt malah kalo dibandingin indonesia: 54.0 Mbps. tapi ya masa’ iya, kiri-kanan depan-belakang pada belajar buka-buka textbook dan corat-coret dibuku catatan, eh saya malah chatting, buka FB, ngewit, atau serius ngotak-atik kaskus. nanti pas diskusi dengan sensei dan teman-teman dilab, bisa tampak oon d. dan ke-oon-an saya itu pada akhirnya bisa membuat mereka semua terjebak dalam kesesatan berpikir: orang indonesia itu, ternyata… tiiitt *censored. so, harus banyak belajar nih. bawa nama kampus asal n indonesia, euy.

Dulu, waktu dijogja, saya baca buku pelajaran palingan cuma 1 jam/3 hari (diluar jam kuliah loh). nah klo disini, kita itung aja minimal kita dilab dari jam 9 sampe jam 17. kira2 8 jam dilab. waktu 8 jam itu, anggap aja d buat saya 75%-nya buat chatting, ngobrol dengan orang indonesia lain keluar urus dokumen atau kuliah bahasa, makan, sholat, dll. berarti total sekitar 6 jam. nah, sisanya ada 2 jam buat belajar. wow, perkembangan kemajuan bagi saya nih. bisa jadi kutu buku, dan lama kelamaan istilah ‘obat paling mempan pengantar tidur adalah baca buku’, bisa terfagositosis nih dr kehidupan saya. mantaff..

ah, udah dulu kawan. namanya hajimete, gak usah panjang-panjang. ntar malah bener-bener hajimete doank d.

Menurut dia sih intinya, "Mau pinter, mau Oon kek, kalo belajar terus mah pasti akan keliatan pinter semua kan??" , hahaaha...Thanks ya gus, udah gw share nih tulisan lu. Mari kita sukses bareng2. Insya Allah, amieen.

Rabu, 18 Agustus 2010

LIPUTAN PAPUA YANG MENAKJUBKAN

Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin bercerita tentang pengalaman yang satu ini, namun baru kali ini saya bersemangat untuk menulisnya ke dalam blog. Perjalanan ke Papua saya alami ketika masih bekerja di Metro tv sekitar akhir tahun 2008 (1 bulan sebelum saya resign..haha…), sebagai asisten produksi saya bersama dengan tim bertugas

membantu produser dalam menjalankan sebuah program. Ketika itu, salah satu program yang dipegang oleh produser saya (mas Haryadi namanya) adalah acara techno and mobile, yaitu sebuah program yang berisi perkembangan teknologi gadget mulai dari kamera, komputer, telepon selular dan teknologi digital lainnya. Suatu hari datang undangan liputan dari XL (provider telep

on selular) untuk peresmian sebuah BTS (pemancar sinyal) pertama XL di Papua dan rencana pembangunan kabel underbound bawah laut yang terintegrasi dari ujung Sumatra hingga Papua oleh Departemen komunikasi dan informasi (Depkominfo).

Ketika saya berikan surat undangan tersebut kepada mas haryadi (produser saya) dia langsung bilang “dit, elu aja yang berangkat ya? Gimana? Bisa gak?”, tanpa menunggu waktu lama saya langsung menjawab “bisa mas, siaapp!”. Hahahaha……kapan lagi punya kesempatan pergi ke papua gratis? Kesempatan yang sangat langka sepertinya (karena ketika saya searching di google harga tiket pesawat ke papua hampir mencapai 1,5 juta untuk sekali jalan…hahh??? Papua itu masih Indonesia kan ya??kok jauh lebih mahal daripada ke singapura atau Malaysia yah??).

Singkat cerita work order liputan sudah di tangan, peralatan kamera dan lain-lain sudah lengkap, dan tiket pesawa

t dari XL sudah oke. Saya berangkat bersama seorang kameraman (saya lupa namanya, orang baru sih doi..haha) menuju bandara Soekarno-Hatta. Di bandara sudah menunggu para corporate communication XL dan teman-teman dari media lainnya (ada sekitar 15 media yang juga mendapat undangan, hanya ada 2 stasiun tv yang di undang yakni Metro tv dan RCTI). Pesawat berangkat pukul 21.00 wib tepat dari cengkareng. Menurut informasi perjalanan Jakarta-Papua sekitar 8 jam (6 jam dengan tambahan 2 jam karena perubahan waktu dari WIB ke WIT).

Setengah perjalanan, pesawat Garuda Indonesia yang kami tumpangi mampir sekitar 30 menit di bandara Sultan Hasanudin Makasar untuk mengisi bahan bakar, wah…ini kan bandara baru nya Makassar! Padahal pada saat itu bandara ini belum di resmikan tapi sudah di pakai oleh beberapa penerbangan, sampai2 semua sarana yang ada di bandara ini masih terbungkus plastik karena masih sangat baru…hahaha. Setengah jam terlewati dengan foto-foto dan minum teh, kami pun melanjutkan perjalanan. Jam menunjukkan pukul 04.00 WIT ketika pesawat transit lagi di bandara Biak selama setengah jam. Hmm..suasana di bandara ini tidak jauh beda dengan terminal bis antar kota di Jakarta. Ternyata bagi masyarakat Papua, naik pesawat sama seperti naik bis antar kota, karena jalur udara merupakan satu-satunya alat transportasi antar pulau.


Pukul 06.

00 WIT kami sampai di Bandara Sentani, Jayapura di sambut tari-tarian khas Papua (saya lupa nanya nama tariannya). Selama di Papua saya menginap di Swiss Bell Hotel, tempatnya tepat di sebelah pelabuhan, jadi pemandangannya langsung menghadap kearah laut. Hari pertama sebelum liputan saya sempat mengobrol dengan salah satu kuli panggul di pelabuhan, namanya Robert, umurnya sekitar 35 tahun. Robert adalah pria asli papua, sudah bekerja di pelabuhan sebagai kuli panggul selama kurang lebih tujuh tahun. Yang membuat saya kaget dari ceritanya adalah Robert mendapat upah harian rata-rata sekitar 500 ribu rupiah dalam sehari!!, wow…kalo di kalikan 26 hari kerja berarti pendapatan Robert kurang lebih 13 juta sebulan!!, hampir setara sama gaji seorang manajer produksi di stasiun televisi tuh

…haha, Tapi sepertinya pendapatan sebanyak itu seimbang dengan biaya hidup yang cukup tinggi di Papua.

Liputan pertama saya adalah mengunjungi sebuah sekolah dasar yang mendapatkan bantuan jaringan internet dan beberapa unit komputer dari PT. Excelmindo Pratama (XL), saya melihat banyak murid-murid perempuan di SD ini yang di gimbal khas Papua oleh para orangtua mereka,

wow..keren ya…! Kemudian kami menuju perbukitan di sebelah selatan Jayapura di mana BTS provider telepon seluler XL didirikan. Bentuk BTS nya sih sama saja seperti yang kita sering lihat di Jakarta, tapi karena ini BTS pertama dan tempatnya di Papua maka jadi sedikit terlihat tidak biasa. Acara seremonial peresmian BTS ini pun tidak terlalu heboh, hanya di isi sambutan oleh Presiden Direktur PT. XL dan juga Dirjen Depkominfo, lalu dilanjutkan dengan pemotongan pita. Keseluruhan liputan di Papua ini pun cuma menghabiskan kurang dari satu kaset DVC Pro berdurasi 60 menit, itu sudah termasuk interview dengan Presdir XL dan pak Dirjen lho.. (Durasi acarany

a yang singkat atau kameramennya yang males ya?? Haha..no comment). Di tengah-tengah acara kegiatan tersebut, saya juga sempat mengobrol dengan Eduard, supir yang mengantar kami selama di Papua, dengan bangga ia menceritakan bagaimana kaya-nya sumber daya alam di Papua dan masih kuatnya adat istiadat di pulau paling timur Indonesia ini. Dari ceritanya saya pun di beritahu kalau di papua tidak mengenal adanya sertifikat kepemilikan tanah maupun IMB (izin mendirikan bangunan), sehingga kalau ada masyarakat yang ingin mendirikan usaha di Papua maka ia harus meminta izin kepada kepala adat setempat dan kemudian boleh tidaknya akan ditentukan dalam musyawarah masyarakat adat (desa).

Tak terasa sudah empat hari saya berada di Papua menikmati panorama indah dan suasana khas pedalaman Papua. Sebelum mengunjungi Papua, saya pasti merasa takut dan segan bila akan berbincang dengan orang papua yang berkulit –maaf- hitam legam, sedikit menakutkan memang penampilan mereka, namun dibalik semua itu mereka sangat ramah dan terbuka kok menceritakan pribadi mereka kepada orang lain, khususnya kepada saya yang notabene orang luar Papua. Cerita terakhir, ketika akan kembali ke Jakarta kami sempat transit di

Bandara Mozes Kilangin, Timika. Bandara yang pembangunannya di biayai oleh PT Freeport Indonesia. Dilihat dari bentuk arsitektur dan fasilitasnya, menurut saya, bandara ini adalah yang paling modern di bandingkan dengan bandara-bandara lainnya di Papua.

Aroma barat sangat terasa di bandara ini, mulai dari pengamanan hingga bentuk b

angunan yang menyingkirkan arsitektur khas papua. Diskriminasi ketika keluar masuk bandara pun sangat jelas terlihat dimana bila orang Indonesia melewati pintu pemeriksaan maka akan di periksa secara super ketat, namun hal tersebut tidak terjadi bila yang lewat adalah bule dari negara asing. Hmm…satu lagi potret penjajahan yang terjadi di negeri sendiri tampaknya. Ohh iya..dari papua kami membawa cukup banyak oleh-oleh mulai dari koteka, kaos maupun pernak-pernik lain khas Papua. Delapan jam menuju Jakarta terasa sangat membosankan karena kami naik penerbangan pagi hari yang membuat mata ini tidak bisa terpejam sama sekali. Terima kasih sekali lagi untuk PT Excelmindo Pratama (XL), Robert, Eduard atas pengalamannya mengunjungi Papua dan juga Metro tv yang telah memberi kesempatan kepaa saya untuk melakukan liputan keliling Indonesia. Oh iya, maaf kalo foto2nya sedikit dan lokasinya cuma di bandara doank, saya juga baru ngeh..hahaha, tapi ini benar-benar pengalaman yang menakjubkan kok...

Selasa, 08 Juni 2010

MARGO FRIDAY JAZZ, FENOMENA JAZZ DI PINGGIRAN IBUKOTA

Bila kita mengunjungi Mal Margo City hari jumat malam, di sayap kiri mal tersebut akan terdengar sayup-sayup alunan musik jazz dari sebuah panggung berukuran empat kali enam meter. Di sinilah para musisi dan penikmat jazz kota Depok berkumpul. Margo Friday Jazz telah setahun lebih diselenggarakan tepatnya sejak 30 Januari 2009, pendirinya adalah Tri budi Warsito atau akrab di sapa Bucheng. Bersama dengan seorang rekannya ia mendirikan sebuah event organizer dengan nama incream –Integrated creative media- yang bergerak untuk mengemas acara-acara pertunjukan musik dan juga beberapa program acara televisi. Bucheng tertarik memilih genre jazz karena sejak masa kuliah ia menyukai musik jazz dan sering membuat event jazz di kampusnya. Dengan pengalamannya di bangku kuliah tersebut ia telah mengenal karakteristik dari penikmat music jazz.

“Jazz itu penontonnya loyal, die hard, Willing to spend. Mau hujan mau panas terik kaya apa juga mereka mau datang, itu sebabnya kenapa saya memilih music jazz untuk di tampilkan disini.” Ujarnya di sela sela acara Margo Friday Jazz beberapa waktu lalu.

Ketika membuat konsep Margo Friday Jazz di depok, bucheng agak sedikit pesimis, karena pada saat itu Depok belum lah berkembang seperti saat sekarang. Lokasi nya yang cukup jauh berada di pinggiran kota Jakarta, kondisi jalan buruk, dan kemacetan yang setiap hari terjadi tanpa henti membuat masyarakat masih menganggap depok sebagai daerah kampung. Namun di balik rasa pesimisnya tersebut, Bucheng memiliki keyakinan bahwa dengan banyaknya perguruan tinggi yang ada di Depok semisal UI, Universitas Pancasila, BSI, Universitas Gunadarma, IISIP, dan beberapa kampus lainnya akan menjadi segment pasar tersendiri. Ia yakin dari kampus-kampus tersebut ada banyak penikmat music jazz yang penasaran untuk datang ke Margo Friday Jazz.
Konsep yang ditawarkan oleh Margo Friday Jazz adalah membuat hiburan musik tanpa tiket masuk. Berada di sisi kiri dari Mal Margo city, berdiri sebuah panggung menghadap sebuah kafe dan restoran dengan jejeran tangga di sebelah kanan maupun kiri panggung. Penikmat music jazz dapat memilih untuk duduk di kafe dengan ditemani secangkir kopi hangat, ataupun duduk di tangga dengan bermodalkan sebotol air mineral.

Margo Friday Jazz merupakan satu-satunya pertunjukan music jazz di Indonesia yang digelar seminggu sekali. Setiap hari jumat malam dimulai pukul delapan malam hingga pukul sebelas malam suara merdu alunan music jazz terdengar disini. Kurang lebih enam band akan tampil setiap minggunya. Malam itu acara di buka oleh penampilan duet Gorga dengan Christian Dylan yang membawakan lagu Fly Me To The Moon milik Frank Sinatra. Sepertinya duet ini sudah banyak dikenal oleh komunitas penikmat jazz disana, tak pelak ketika Gorga mulai melantunkan lirik pertamanya, banyak penonton bertepuk tangan seraya berteriak menggodanya. Petikan gitar Dylan cukup mendominasi dalam lagu yang dibawakannya tersebut. Progresi akornya sederhana, namun ia berhasil berimprovisasi dengan nada yang cukup rumit sehingga menghasilkan vibrasi yang terasa romantis, dan juga eksotis. Lima lagu berhasil mereka mainkan dengan gemilang. Ketika mereka akan menyudahi pertunjukannya, penonton mulai berceloteh meminta Dylan untuk bernyanyi sebuah lagu untuk mereka. Tepukan dukungan agar Dylan menyanyi pun terus bergemuruh semakin kencang, akhirnya ia tak kuasa menolak permintaan tersebut. Sambil memainkan gitar, Dylan memberikan suguhan suara beratnya sebagai penutup pertunjukan mereka malam itu. Penonton pun bertepuk tangan penuh kepuasan.

Seiring dengan berjalannya Margo Friday Jazz, akhirnya terbentuklah sebuah komunitas yang terdiri dari para penonton dan juga pengisi acara yang pernah tampil pada acara tersebut. Mereka menamakan dirinya Margo Jazz Community. Komunitas ini beranggotakan sekitar 60-an band dan juga beberapa penikmat jazz kota depok. Berbagai macam profesi, usia, dan latar belakang berkumpul disini, saling bertukar ilmu, menceritakan pengalaman, dan memberi informasi terbaru seputar jazz. Tujuan dari komunitas ini tidak jauh beda dengan acara Margo Friday Jazz itu sendiri yakni sebagai tempat perform para jazzer muda dan juga tempat berkumpulnya para jazz lovers.

“Gue lebih banyak kenalan senior-senior. Gabung di komunitas ini lebih enak, karena lebih rutin seminggu sekali. Sebelumnya pernah coba di komunitas lain, tapi jauh beda dengan Margo Jazz Community ini.” Cerita Papin, karyawan swasta yang juga seorang gitaris sebuah band beraliran jazz ini.

Pada Festival Java Jazz 2010 kemarin, Margo Jazz Community mendapat kesempatan tampil pada hari kedua pagelaran jazz terbesar di Indonesia tersebut dalam satu panggung tersendiri. Panggung yang berada disisi sebelah kanan food hall itu tampil sekitar 14 band yang merupakan anggota komunitas. Selain itu mereka juga mendapat porsi satu halaman dalam majalah yang di release oleh Java Jazz Festival untuk mempromosikan acara Margo Friday Jazz.

Publikasi yang dilakukan untuk Margo Friday Jazz sebenarnya tidak terlalu luar biasa, Billboard besar hanya terdapat di pintu masuk Mall Margo City, spanduk pun tak terlihat di sekitar lokasi acara. Namun informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut oleh para anggota komunitasnya dinilai cukup efektif untuk mempromosikan acara yang dana penyelenggaraannya ditanggung sepenuhnya oleh pihak Margo City tersebut. Pada pertengahan 2009 Incream, sebagai event organizer yang mengemas Margo Friday Jazz membuat gebrakan dengan menayangkannya menjadi sebuah program acara di Jak tv. Acara berdurasi 30 menit tersebut talah memenuhi kontrak sebanyak 23 episode dengan perolehan rating yang cukup lumayan untuk ukuran sebuah tv lokal. Setelah kontrak dengan Jak tv berakhir, mereka kemudian melakukan kerjasama dengan CB channel, yakni sebuah tv lokal Depok dengan durasi program yang bertambah menjadi satu jam dan masih berlangsung hingga sekarang.

Sebenarnya telah banyak acara music jazz yang di adakan di kota Depok. Acara Jazz Goes To Campus yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia merupakan salah satu pagelaran music jazz yang menonjol. Acara yang telah berlangsung selama 32 tahun hingga sekarang tersebut hadir di depok bersamaan dengan berpindahnya kampus UI dari Salemba Jakarta. Kemudian pada tahun 2000-an terbentuk beberapa komunitas dari acara jazz yang sering tampil di daerah Sawangan Depok. Namun beberapa tahun kemudian komunitas tersebut bubar seiring dengan berkembangnya daerah perkotaan depok dan akhirnya para anggota komunitas Sawangan tersebut banyak berpindah ke Margo Jazz Community ini. Musik jazz sendiri merupakan musik yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Improvisasi dari pemainnya dapat menghasilkan harmonisasi musik yang luar biasa. Namun melihat perkembangan musik saat ini, para penikmat jazz berusaha mempertahankan eksistensinya agar tidak tergerus oleh berkembangnya musik-musik industrial yang mendominasi Indonesia. Maju terus jazz lovers!

“BARRY, SI KERITING DARI MENTENG DALAM”

Anak-anak berseragam putih merah berhamburan keluar sekolah siang itu. Seorang wanita berkacamata berjalan menuju gerbang. Dengan mengapit sebuah buku ia berbincang sejenak dengan satpam sekolah dan menunjuk ke arah jalan raya, ternyata ia menyuruh satpam membantu salah satu anak didiknya untuk menyeberang jalan yang cukup ramai siang itu. Tak seorang pun menyangka kalau salah satu alumni dari sekolah ini sekarang telah menjadi calon presiden Amerika Serikat.

Barry, panggilan masa kecil Obama merupakan bocah keturunan afrika amerika. Ia dilahirkan di Honolulu, Hawaii pada tnggal 4 Agustus 1961 dari pasangan Barrack Obama, Sr. seorang pria keturunan Kenya, dan Ann Dunham seorang wanita keturunan Amerika. Saat berusia 2 tahun orang tua Barry bercerai. Ia pun ikut dengan ibunya yang kemudian menikah lagi dengan pria Indonesia bernama Lolo Soetoro. Ayah tiri barry itu kemudian membawa keluarganya pindah ke Jakarta. Selama lima tahun Barry tinggal di daerah Menteng Dalam Jakarta. Lolo adalah Tentara berpangkat letnan yang bertugas di Direktorat Jenderal Topografi TNI AD.

Dalam buku biografinya The Audatcity of Hope, Barry sedikit bercerita tentang masa kecilnya, “keluarga kami tidak berkecukupan pada tahun-tahun awal itu, karena angkata bersenjata Indonesia tidak membayar para letnannya dengan gaji besar. Kami tinggal di sebuah rumah sederhana, di pinggiran kota, tanpa pendingin udara, kulkas atau toilet siram. Kami tidak punya mobil. Ayah tiri saya mengendarai sepeda motor, sementara ibu saya naik bus umum setiap pagi ke kedutaan AS, tempatnya bekerja sebagai guru bahasa Inggris.”

Selama di Jakarta barry bersekolah di SDK Fransiscus Asisia selama 3 tahun dan kemudian pindah ke SD Negeri Menteng 01 Besuki. Pada masa awal sekolahnya di Jakarta, ia sedikit mengalami kesulitan karena sulit untuk berbahasa Indonesia,”nilai bahasa Indonesianya 5. Setelah 4 ampai 5 bulan, Barry baru bisa bisa mengikuti pelajaran itu.” Ucap Isaella Darmawan, guru kelas 1 Barry di SDK Fransiskus Asisia. Sewaktu kecil Barry sering di ledek oleh teman-temannya karena badannya yang tinggi besar dan berambut keriting. Namun, bakat kepemimpinannya memang sudah terlihat sejak kecil. Teman-temannya sering mengikutinya untuk diajak bermain. Permainan yang sering dimainkannya pada waktu kecil adalah petak umpet. Ia melakukannya saat jam istirahat sekolah bersama dengan teman satu kelasnya.

Di lingkungan sekolahnya ia termasuk anak yang rajin dan pandai matematika. Teman-teman sekolahnya sering bercerita bahwa ketika di kelas Barry sering maju secara sukarela untuk menghapus papan tulis. Barry merupakan anak yang supel. Ia bermain dengan siapa pun dan tidak memandang strata ekonomi. “Saya bersekolah di sekolah-sekolah Indonesia dan bergaul dengan anak-anak petani, pelayan, penjahit, dan juru tulis.” Ujar Obama di salah satu bukunya.

Ketika pulang sekolah, Barry sering main ke rumah temannya. Salah satunya adalah Yunaldi Askiar. Rumah yunaldi berada di RT 10 RW 15 daerah Menteng dalam, hanya berbeda satu RT dengan Barry yang tinggal di RT 11. Mereka pertama kali berkenalan saat Johny bersiap untuk berangkat shalat jumat tertawa melihat Barry yang tampak lucu saat memakai sarung. Barry sering memiliki banyak koleksi pistol mainan. Ia sering membawanya untuk bermain. Bahkan Johny pernah di beri satu buah koleksinya tersebut.

Rumah Barry berbentuk arsitektur Belanda dengan halaman yang cukup luas. Di dalam rumahnya banyak terdapat hiasan-hiasan khas dari suku pedalaman, mungkin barang-barang tersebut merupakan koleksi ibunya yangmerupakan seorang antropolog. Ayah Tiri Barry, Lolo Soetoro juga memiliki beberapa hewan peliharaan seperti Monyet, Ular, Biawak. Barry sendiri lebih menyukai untuk memelihara seekor kura-kura yang ia taruh di kolam rumahnya.

Lolo Soetoro dan Ann Dunham cukup disiplin dalam membentuk Barry. Namun mereka tidak pernah melarang Barry bergaul dengan siapa saja. Itu terlihat karena sosok Barry cukup dikenal oleh semua warga kampong di sekitar rumahnya. Bahkan Barry pun sering bermain ke tempat tempat tetangganya dan makan di sana “Makanan favoritnya rendang”. Kata Yunaldi Askiar. Orangtua mereka tidak mengajarkan sesuatu yang ekstrim terhadap Barry, bahkan cenderung moderat. Oleh karena itu, banyak teman-teman Barry masa kecil yang berpendapat bahwa kepribadian Barry yang rendah hati dan supel tersebut banyak terbentuk ketika ia tinggal di Jakarta dengan kondisi masyarakat yang heterogen.

Harapan orang-orang terdekatnya kelak bila Barrack Husein Obama terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat Ke-44 agar tidak melupakan kenangan masa kecilnya di Indonesia dan dapat berkunjung membangun kembali sekolahnya di SDK Fransiscus Asisia maupun SD Negeri Menteng 01 Besuki.

Sabtu, 03 April 2010

Sendiri itu Menakutkan....

"Disini aku sendiri masih seperti dulu yang takut"

Tak ada yang berubah, saya selalu takut menghadapi semuanya
dan merasa bangga karena telah melewatinya
masih sendiri...tetap sendiri...

Saya sulit untuk mempercayai orang lain
mengandalkan subjektifitas untuk selalu setia
pada keyakinan diri saya sendiri

Ada suara-suara yang bilang "autis lu"
hmm...sebenarnya saya benci perkataan itu

saya senang berkumpul, senang berkenalan dengan banyak orang,
sangat senang mengenal karakter setiap orang
dan saya selalu belajar berbagai macam prinsip
yang dianut semua orang

Berharap agar dapat berguna ketika suatu permasalahan
membutuhkan solusi yang tepat

Karena saya harus melewatinya....sendiri...

Sabtu, 27 Februari 2010

TENTANG PRIA

1.Kita manusia punya masalah yang sama, kalo jalan jauh pasti capek, kalo berjejalan di angkutan umum pasti panas, kalo Seharian belum makan pasti lapar. Jadi gak usah pake ngeluh deh!

2.Kalo kita berdua harus pergi ke suatu tempat, pakaian apapun yang kamu pakai, pantes aja kok. Serius. Jadi tidak ada alasan gak mau pergi ke pesta karena tidak ada baju.

3.Kami membelanjakan uang dengan seksama, cenderung pelit. Jadi jangan paksa kami buat beli baju baru setiap bulan. Kami tidak akan menguras ATM cuma untuk berbelanja di mall. Otak kami gak akan kepikiran kearah sana.

4.Kalau memang ketemu barang yang pas ya beli saja, jangan Cuma gara-gara beda 1,000 perak doank, terus bikin badan capek muter-muter kota buat nyari harga paling murah. buang2 bensin aja.

5.Ketika ada sebuah pertanyaan, jawab saja iya atau tidak. Kami rasa itu sudah sangat cukup. It's Simple..!!

6.Tanya apa yang kamu mau. Berbicaralah…..
Sindiran halus tidak akan di tanggapin.
Sindiran kasar juga tak akan kami tanggapi
Apalagi kalo terang2-an nyindir!

Ngomong langsung apa masalahnya!?

7.Menangis sama dengan intimidasi.

Anda para wanita sebenarnya tahu, kalau banyak pria akan panik bila melihat seorang wanita menangis. Lebih baik kami mendengar suara bom radius 1 meter daripada mendengar suara tangisanmu yang membuat kami tidak bisa berbuat apa2.

8.Kami Bukan Penebak Ulung.
Tidak semua pria bisa menebak apa yang ada di pikiranmu, jadi jangan manyun tiba-tiba tanpa suara, terus Bete. Apa susahnya sih ngomong, “Aku mau nonton bioskop nih, aku lagi pengen makan mie aceh nih, Tolong bantu aku ngerjain tugas!!”

9.Kalo sakit ya pergi ke dokter! Masak hidup di dunia puluhan tahun masih gak ngerti cara ngilangin sakit kepala…

10.Kami adalah para perayu ulung, semua rayuan kami untukmu itu cuma klise, jangan lah terlalu dianggap serius.

11.Kami hanya berdandan ketika kondangan atau ketika ada acara kenegaraan. Jadi jangan paksa kami untuk ganti baju hanya karena gak cocok sama mata kamu! kami gak mungkin berniat untuk bikin malu kamu di depan semua orang lho...

12.Kalo kamu pikir kamu gendut, mungkin aja. Jangan tanya kami dong. Silahkan berdiri di depan kaca.

13.Kalo gatel kan bisa digaruk sendiri. Kami juga kok.

14.Kalo kami nanya ada apa dan kamu jawab gak ada apa2, kami akan berpikir memang gak ada apa2. Ingat, kami bukanlah pembaca
pikiran. Ngomong donk...ngomong. ...!!

15.Hari Minggu itu waktunya istirahat setelah 6 hari bekerja dan kuliah, jadi jangan harap kami mau menemani seharian shopping di mal. Kan udah malam minggu-an, masih belum puas juga ya??

16.Kami terbiasa menyelesaikan masalah kami sendiri. Jadi jangan paksa kami untuk cerita semua masalah ke kamu. Tenang saja, kami cukup bijak kok menentukan jalan keluarnya bagaimana.

17.Kami malas berdebat secara hati dan perasaan, ingat!! kami hanya pakai logika.

18.Jangan pancing kami dengan suara kerasmu. Secara kodrat suara kami lah yang paling keras!

19.Kami juga butuh waktu untuk menyendiri. Jadi jangan curiga dan nanya yang macam-macam kalo kami lagi ingin sendiri dan gak mau di ganggu.

20.Kalo mau menggandeng tanganku, ya gandeng aja. Gak usah ribet! Masak kalo gak gandengan berarti gak sayang. Ingat!, kami di ciptakan untuk berpikiran logis.

Kamis, 25 Februari 2010

BUDGET BACKPACKER JAKARTA - MALANG


Kemaren gw abis backpackeran ke jogja sama malang. Ini budget yang gw habiskan buat jalan2 dengan rute Jakarta - Jogja - Malang - Batu. semoga bisa berguna kalo ada yang mw kesana...

JAKARTA - JOGJA
Tiket Kereta Api (KA Gaya Baru Malam Selatan) Rp. 26,000 (gosip2nya sih mw naik 12,5 % tahun ini)

JOGJA ( 3 Hari 2 Malam )
Stasiun lempuyangan – Penginapan Rp. 25,000 (Naik Taksi jadi lu bisa patungan)
Penginapan Jogja Rp. 80,000/malam (intip aja di http://www.yogyes.com/) Gw sih nginep di kostan temen gw, ngirit! dapet pinjeman motor pula...alhamdulilah...Thanks to Dharu, Latan Risky dan Siti Amalia..

JOGJA - MALANG
TRAVEL SURYA (0274 - 550109) Rp. 95,000 (anter - jemput)

MALANG (3 Hari 2 Malam)
Penginapan Kota Batu Rp. 60,000 x 2 hari = 120,000 (Hotel Ragil Kuning -Depan kantor walikota kota Batu)- telp 0341 - 393051, recommended nih )

WISATA KOTA BATU
Jawa Timur Park Rp. 35,000/orang (Tiket Terusan)
Batu Night Spectacular (BNS) RP. 10,000/orang (ini cuma tiket masuk doank, kalo mw naik mainan bayar lagi. tiketnya sekitar 7 rb - 10 rb/permainan)
Cangar (view nya oke nih...hati2 kabut tebal..)
Selekta ( hampir sama kayak cangar)

MALANG - JAKARTA
Kalo mw ngirit ya naik ekonomi (KA Matarmaja Rp. 51,000), Kalo duit lu masih banyak bisa naik eksekutif (KA Gajayana Rp. 270,000), kalo mw yang tengah2 ya elu naik bis dulu ke jombang terus naik kereta Bisnis (KA Bangun Karta Rp. 130,000)

Note : Ini belum termasuk biaya makan gan. Dan jangan lupa liat jadwal keretanya ya, jangan sampe ketinggalan kereta kayak gw...he73,

TOUR DE JAVA

Jakarta, 28 Januari 2010, Jam 12.10 WIB
Gw berdua sama Tiara naik kereta ekonomi Gaya Baru Malam Selatan dari Stasiun Pasar Senen dengan harga tiket hanya 26 ribu rupiah. Hmm…ini liburan pertama kali gw sama Tiara. Oh iya, gw kenalin dulu ya, Tiara itu pacar gw, kami mulai berani menyebut kalo kita pacaran sekitar 9 bulan yang lalu. Pertama kali punya ide buat jalan – jalan sebenernya gw agak ragu bisa bawa dia naik kereta ekonomi, secara kita ketahui semua kalo kereta ini penuh dengan manusia-manusia yang berebut oksigen alias sumpek banget dan bau ketek…he73. Tapi kenyataannya dia oke-oke aja tuh, selamat ya tir… . Kereta yang gw naikin telat sekitar 40 menit (biasalah namanya juga ekonomi) dan baru masuk Stasiun Lempuyangan Jogja jam 11 malam.

Jogjakarta, 28 Januari 2010, Jam 23.00 WIB
Gw dapet sms dari Latanza Risky, Latan adalah temen gw yang kuliah di jogja. Dia ngasih tau kalo gak bisa jemput gw di stasiun, dia cuma ngasih alamat rumahnya di perumahan Pogung Baru dan nyuruh gw naik taksi, tarif taksi sih katanya cuma 25 ribu untuk sampe ke kostannya. Tapi masalahnya adalah gw gak hafal jalan jogja dan ini pertama kalinya gw maen ke kostannya, hmm…agak takut diboongin juga sih sama para supir taksi. Untungnya ada dua orang ibu-ibu yang duduk di depan gw pas di kereta tadi bersedia nolong gw, mereka ke jogja untuk keperluan seminar dan di jemput sama temennya, jadi dia ngajak kita buat bareng sampe ke Mirota Kampus biar lebih gampang nyari alamatnya. Setelah di anterin sampe Mirota kampus, gw masih tetep plonga-plongo..he73, ya udah kita jalan kaki aja sampe nemu becak atau taksi. Setelah nunggu lama gak ada tukang becak dan taksi, akhirnya gw makan dulu di warung nasi goreng. Selesai makan gw ngobrol-ngobrol sama ibu penjual nasi goreng nanya alamat Pogung Baru, dengan tangannya dia menujuk ke suatu arah

“kesana mas, ke arah barat,trus belok ke utara, sekitar 4 km lagi”, dia bilang.

Lah-loh??? Jadi tambah mikir dah gw. Ke arah barat?? Utara? Mana tuh? Gw kan gak bawa penunjuk arah (kompas). Ternyata ini dia uniknya jogja, Orang-orang disana kalo mau memberitahu suatu tempat selalu memakai istilah utara, barat, timur, selatan. Bukan dengan belok kanan atau kiri, makanya gw bingung…he73. Ngeliat gw bingung akhirnya si ibu menawarkan untuk naik becak aja, biar bisa diantar langsung sampe depan rumah. Dan kami langsung setuju sama tawaran beliau. Diantar lah kami sampai depan kost-kostan Latan. Ok, malam ini gw bermalam di kostannya Latan.

Jogjakarta, 29 Januari 2010
Dua hari ini Jogja di guyur hujan, akhirnya gw baru bisa keluar rumah buat jalan-jalan setelah shalat Jum’at. Sebelum keliling, gw mampir di warung makan prasmanan di deket kampus UGM, makanannya enak, bisa ngambil banyak, dan murah. Gw makan berdua Cuma abis 14 rb…he73, kalo di Jakarta cuma bisa buat satu orang tuh!. Setelah perut kenyang, sekarang waktunya muter-muter kota. oh iya, selama di jogja gw di pinjemin 3 motor sekaligus, yang dua motor bebek dan yang satu lagi motor vespa, jadi tinggal pilih yang mana yang enak di pake..he73.

Tempat yang di samperin duluan adalah malioboro, soalnya gak afdhol katanya kalo ke jogja gak ke tempat ini, walaupun sebenernya udah bosen juga sih maen ke nih tempat. Di Malioboro gw beli sendal buat temen kontrakan gw. oh iya, biar bisa dapet barang murah di sini, elu harus bisa ngomong pake bahasa jawa, ya kalo nggak elu ngajak temen lu yang orang jawa lah. Di tempat ini juga Tiara mati kutu, soalnya dia gak ngerti bahas jawa sama sekali, padahal gw sering banget di cela'in ama dia gara-gara sering ngomong bahasa jawa, sekarang cengo dah dia...huahhahaa...., Habis dari Malioboro berlanjut kami berdua maen ke alun-alun dan keraton jogjakarta sekalian muter-muter ngapalin jalan.

Malamnya, gw di ajak Latan ke Djendelo Coffee. Tapi karena kita kemaleman (sekitar jam 11) jadi udah close order. Warung Kopi ini lumayan oke menurut gw, dengan konsep interior jawa kuno, ada roda delman, tempat makan lesehan, kursi dari tembikar (semacam anyaman jawa), dan yang unik adalah banyak sekali jendela-jendela yang di jadikan accessories maupun instalasi yang menjadikan warung kopi ini keliatan ciamiik, pokoknya recommended lah. Karena udah close order, jadi kita cuma bisa foto-foto doank malam ini. Setelah Mbaknya yang Jaga Bunyiin gong kita segera beranjak dari bangku yang sebenernya udah PeWe banget (oh iya, Gong tadi dipukul buat tanda kalo warung kopi ini udah mw tutup dan para penikmat kopi dipersilahkan meninggalkan tempat ini), unik kan…he73. Habis dari Djendelo Coffee kita jalan-jalan ke alun-alun buat main low rider sama becak2-an. Nah selesai ini kita bingung deh mau kemana lagi. Ternyata jogja hidupnya cuma sampe jam 1 malam. karena bingung nyari tempat nongkrong 24 jam, kita akhirnya berfoto ria di terowongan Wijilan. Selintas kayak orang gila sih, tapi gak papa lah, jalanannya udah sepi ini...he73.

Jogjakarta, 30 Januari 2010
Lagi-lagi kita baru jalan siang-siang dari kostan tempat gw nginep. Untuk siang ini kita makan di food court UGM. Hmm…ini food courtnya mahasiswa UGM kan ya?? Tapi kok harganya agak mahal ya menurut gw untuk ukuran Yogyakarta. Gw makan pecel lele dan bebek plus es teh manis 23 ribu. Gak papa lah, UGM sekarang isinya mahasiswa-mahasiswa kaya kali….he73. Abis dari Food Court UGM gw langsung meluncur ke Djendelo kopi lagi buat nyobain minuman penahan kantuk itu. Gak kerasa udah 3 jam gw nongkrong di tempat itu sambil nungguin latan datang nyamperin gw (kita janjian ketemuan buat nonton launchingnya Ouval Research). Setelah Latan nyampe di Djendelo kita langsung cabut menuju Gejayan nonton performance dari The milo, Pure Saturday dan band-band lokal jogja. Selesai dengerin “Spoken” sama “kosong” nya Pure Saturday. Kita meluncur ke belakang panggung buat minta foto bareng (huahahaha…macam groupies2 labil itu yak??), tapi sebenernya gak kok, kita punya tujuan yang jelas. Si Latan mw ngasih kado ke ceweknya ucapan selamat ulang tahun dari personilnya The Milo, jadi ya sekalian aja kita foto2 bareng mereka…asiiikk foto bareng artis..he73.
Pulang dari Gejayan, gw di ajak makan sama temen kuliah gw. Dia kebetulan lagi dinas disini, namanya Ratih. Kita menuju angkringan tugu, hmm..rame banget nih tempat. Gak ada tempat lain apa ya??he73, di sini Ratih mesen kopi joss (Kopi item yang di cemplungin areng bakar), pas kopi joss nya dating, Tiara gw suruh nyobain, secara dia pecinta kopi dang w gak doyan ngopi..alhamdulilah.., selesai makan sego kucing sama kopi joss di angkringan tugu kita berpisah dan kembali ke pogung baru.
Malam ini gw packing barang, siap-siap buat cabut ke malang besok pagi jam setengah 9. Gw naik travel surya 95 ribu rupiah sampai malang, antar jemput pula, jadi lebih santai, gak buru-buru.

Malang, 31 Januari 2010
Selamat datang di kota Malang. Kita sampai Malang jam lima sore, perjalanan dari jogja kurang lebih delapan jam, pegel juga nih pantat. Tapi sangat menyenangkan bisa sampai di kota ini. Di Malang ada adik gw yang kuliah disini, jadi bisa minjem motor lagi buat jalan-jalan. Setelah mandi sore, gw sama tiara langsung cabut dari kontrakan adik gw buat nyari penginapan. Menurut info sih banyak penginapan di Kota Batu, jadi gw langsung menuju kesana (dari Malang ke Batu kurang lebih 20 menit). Akhirnya dapet juga penginapan murah, Cuma 60 ribu!!, kamar mandi dalam pula, gak pake ac sih. Tapi disini gak di kasih ac juga udah sama dinginnya sama pendingin ruangan ½ PK..he73. Nama Hotelnya Ragil Kuning, tempatnya ada di depan Kantor Walikota Batu, Malang.

Batu, 01 February 2010
Hari ini padat banget rencana kita di Kota Batu, soalnya besok sore kita udah harus balik ke Jakarta. Tempat pertama yang di tuju adalah daerah Cangar (nih tempat di rekomendasiin sama Nilis, temennya Tiara yang ada di Malang). Lumayan jauh juga nih tempat, sekitar 30 menit dari kota Batu. Jalannya berbukit-bukit, tapi wooww…menakjubkan pemandangannya ( ini seerius lho, gak lebay). Di sepanjang jalan lu bisa lihat perkebunan apel, negliat kembang kol segede gaban, pemandangan yang oke banget, plus kabut tebal yang dingin…yuhuuu….. , sampai di cangar gw turun ke tempat air terjun untuk foto-foto. Oh iya, di sini masih banyak monyet2 yang bergelantungan di pohon lho. Tapi mereka gak ganggu kok, malah cenderung takut kalo ketemu manusia. Tujuan kedua kita adalah Jawa Timur park. Tempat ini merupakan tempat rekreasi layaknya dufan plus waterpark di tengah-tengah nya. Tiket masuknya 35 ribu per orang. Disini gw puas nyobain semua permainannya, walaupun waktunya sangat singkat. Gak terasa udah jam setengah 5 sore. Sebelum ngelanjutin petualangan, kita balik dulu ke penginapan buat mandi, karena tadi kita sempet berenang di Jatim Park. Malamnya kita main sebentar ke kota Malang buat ketemuan sama Nilis, temen SMA nya Tiara. Kita di traktir makan di Warung Sambal, lumayan bisa ngirit budget makan malam..he73, Selesai makan kita langsung cabut lagi ke Batu, soalnya masih ada satu tempat lagi yang mau kita datengin, Batu Night Spectacular (BNS), sebenernya tempat ini gak jauh beda sama Jatim Park. Bedanya, tempat ini Cuma buka dari jam 4 sore sampai jam 11 malam, jadi kayak pasar malam modern. Tempatnya juga strategis, tepat di atas bukit dan lebih banyak spot buat foto2 disini karena banyak pemandangan oke plus lampu2 malam yang apik. Tiara seneng banget sama nih tempat,
"mainannya lebih menantang plus suasananya enak banget", katanya.Ada satu permainan yang bikin dia ketagihan (gw lupa namanya), ini mainan bikin jantung lu naik-turun, sumpah…gw aja merem-melek naik nih mainan..he73. puas banget hari ini, bisa nyobain tempat2 oke di Batu. Sebelum balik ke penginapan, gw mampir dulu di warung kopi pinggir jalan, kayaknya ini satu2-nya warung kopi yang ada di Batu deh…

Malang, 02 Januari
Hari ini gw Packing barang buat balik ke Jakarta.
Huaaaaahhh….terima kasih buat semua yang udah membantu gw dalam petualangan ini. Mulai dari Ibu-ibu di kereta Gaya Baru Malam, Latan, Dharu, Siti Amalia, Ratih and the gank yang udah ngajak gw jalan-jalan di Jogja. Untuk Nilis yang udah nyempetin waktunya buat nraktir kita sama beliin kita oleh2 apel malang. Buat adek gw atas pinjeman motornya, Dimas (temen kontrakan adek gw) atas pelayanan dan petunjuk jalannya. Terima kasih banyak. Semoga gw bisa balik lagi main-main ke kota kalian ya….

Jakarta, 03 Februari 2010
Tulisan gw ini sebenernya belum terlalu lengkap buat nyeritain petualangan gw selama seminggu kemarin. Karena, jujur..masih banyak cerita2 yang gak gw tulis karena keterbatasan halaman..he73, tapi semoga petualangan gw bisa berguna buat teman-teman yang ngebaca blog ini. Sekarang gw udah sampai lagi di Jakarta, udara kembali panas, jalanan kembali macet gak karuan. Hmm…..